Angin senja mulai datang, siang
telah berganti sore kemudian malam, lalu dalam perjalanan pun aku masih
berharap ada sisa-sisa dari harapan yang terkubur, pencarian aku akan sebuah
pengharapan dan keadilan, diri ini yang begitu rapuh dan lemah harus menyusuri
jalan setapak yang bernama Hukum, aku tidak peduli lagi apa yang dilihat orang
tentang diriku sekarang, aku hanya mencari jalan keadilan dan harapan,
sepertinya di negeri ini, hukum hanya berlaku pada orang yang berduit atau kaya
raya. Hukum dinegri ini seperti pisau, tajam di atas tumpul dibawah, dimana
suatu kasus hukum akan diusut tuntas jika kalian berdompet tebal, tetapi kasus
akan dimainkan jika kalian berdompet tipis, sungguh ironi sekali dinegri yang
KATANYA mempunya Sumber Daya Alam dan Manusia tergolong banyak dan berlimpah
tetapi masih saja suatu Dasar dari negara ini masih terlihat rapuh dan goyah,
lalu yang KATANYA negeri ini adalah Negara Hukum dimana Hukum berlaku bagi
setiap lapisan Warga negaranya, tetapi? Ahh aku tidak dapat berkata apa-apa
lagi, semua hanya tertulis diselembar kertas, yang dimana kertas itu akan
menguning dan robek jika hanya dilihat saja tanpa di jalankan, Aku cinta negeri
ini tetapi negeri ini begitu kejam dan jahat, Tunggu apa yang ku pikirkan,
Negeri ini jahat? Kejam? Sepertinya aku tidak berterima kasih terhadap negeri
ku yang indah ini, di negeri ini aku lahir dan dibesarkan, dinegeri ini aku
bangkit, terngiang aku menyanyikan Lagu Indonesia Raya dimana sebuah lagu yang
amat sakral dan wajib dinyanyikan ketika acara-acara kenegaraan, tetapi
Penguasa di negeri ini yang begitu jahat dan kejam, hak-hak warga negara
dirampas secara kejam dan paksa, aku salah satu warga negara yang
diinjak-injak, disini dan sekarang aku hanya butuh keadilan atas kematian
anakku.
-selesai-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar