Social Icons

Pages

Jumat, 09 Mei 2014

Behind The Story



Menjadi penulis bukan impian ku, tetapi aku menulis hanya ingin memuaskan hasrat imajinasi yang sudah tumpah ruah di ruang imajinasi ku, semua yang ada di otak dan hati ku, aku menumpahkannya di sebuah tulisan, disini aku akan menceritakan sebuah kejadian yang cukup mengejutkan, aku dan teman ku yang bisa disebut Rana, Rana adalah seorang gadis imajinasi yang selalu mengganggu pikiran ku, tanpa sebab Rana muncul dalam imajinasi ku, dia begitu cantik dan manis, ah aku hanya mencoba mengingat-ingat mirip seperti siapa si Rana ini, tetapi pikiran dan daya ingat ku seperti terikat serta terblokir saat aku mencoba mengulik tentang rana.
Aku dan rana cukup asyik dalam berperang dipikiran ku, rana seperti mencoba menyampaikan sesuatu dalam otak ku, tetapi seperti diawal aku bilang, bahwa setiap aku mencoba mengulik tentang rana pasti akan buntu, malam ini malam yang cukup sunyi, aku sedang tertidur dikamar ku, semua biasa saja sampai aku tertidur agak lelap dengan pandangan mata kurang fokus, aku melihat sesosok wanita seumuran ku, aku memastikan apa ini mimpi atau dunia nyata, ahhhh semua seperti terjebak di dimensi yang berbeda, dimana dimensi yang akun lalui begitu fana dan nyata, tunggu aku mengenali sosok wanita itu, aku yakin sekali kalau itu adalah Rana, dalam beberapa detik aku sudah berada diruangan yang sama tetapi dalam kondisi yang kacau sekali, buku berserakan dimana-mana, kasur dan selimut yang tak karuan, tapi aku terhentak di sebuah meja ada sebuah foto yang bertulisan RANA MERIANA 1976, sepertinya kamar ku ini bekas kamar si Rana aku mulai mengerti kenapa dia datang menghampiri aku, BRAKKK sebuah tubuh terhempas begitu keras tepat didepan pintu lemari yang ada dihadapan ku, aku mncoba memegang sosok itu tetapi tangan ku selalu menembus sosok tersebut, aku hanya bergidik ngeri melihat sosok itu mulai tercabik-cabik dengan parang, dimana parang tersebut di ayunkan oleh seorang perempuan yang umurnya tidak beda jauh, setelah puas mencabik-cabik rana, perempuan yang membunuh rana langsung mengubur mayat rana dalam lemari tua yang digembok, kemudian sosok pembunuh rana menunjuk foto yang terpaku dalam dinding, aku sangat terkejut saking terkejutnya aku terbangun dari tidur dan segera berlari kekamar mandi, sempat kaget aku melihat ibu ku sudah memegang parang yang membunuh rana, lalu aku teringat bahwa dia menunjukkan foto keluarga dimana rana memiliki saudari kandung bernama RINI MERIANI,aku tersadar bahwa ibuku yang membunuh rana dan sekarang dengan tiba-tiba ibu menancapkan parang ke kepala ku hingga berdarah, dengan sedikit kesadaran aku melihat sosok ayah dan kakak ku sudah terpotong menjadi beberapa bagian.

Hukum Sepenggal



Angin senja mulai datang, siang telah berganti sore kemudian malam, lalu dalam perjalanan pun aku masih berharap ada sisa-sisa dari harapan yang terkubur, pencarian aku akan sebuah pengharapan dan keadilan, diri ini yang begitu rapuh dan lemah harus menyusuri jalan setapak yang bernama Hukum, aku tidak peduli lagi apa yang dilihat orang tentang diriku sekarang, aku hanya mencari jalan keadilan dan harapan, sepertinya di negeri ini, hukum hanya berlaku pada orang yang berduit atau kaya raya. Hukum dinegri ini seperti pisau, tajam di atas tumpul dibawah, dimana suatu kasus hukum akan diusut tuntas jika kalian berdompet tebal, tetapi kasus akan dimainkan jika kalian berdompet tipis, sungguh ironi sekali dinegri yang KATANYA mempunya Sumber Daya Alam dan Manusia tergolong banyak dan berlimpah tetapi masih saja suatu Dasar dari negara ini masih terlihat rapuh dan goyah, lalu yang KATANYA negeri ini adalah Negara Hukum dimana Hukum berlaku bagi setiap lapisan Warga negaranya, tetapi? Ahh aku tidak dapat berkata apa-apa lagi, semua hanya tertulis diselembar kertas, yang dimana kertas itu akan menguning dan robek jika hanya dilihat saja tanpa di jalankan, Aku cinta negeri ini tetapi negeri ini begitu kejam dan jahat, Tunggu apa yang ku pikirkan, Negeri ini jahat? Kejam? Sepertinya aku tidak berterima kasih terhadap negeri ku yang indah ini, di negeri ini aku lahir dan dibesarkan, dinegeri ini aku bangkit, terngiang aku menyanyikan Lagu Indonesia Raya dimana sebuah lagu yang amat sakral dan wajib dinyanyikan ketika acara-acara kenegaraan, tetapi Penguasa di negeri ini yang begitu jahat dan kejam, hak-hak warga negara dirampas secara kejam dan paksa, aku salah satu warga negara yang diinjak-injak, disini dan sekarang aku hanya butuh keadilan atas kematian anakku.

-selesai-
 
Blogger Templates